Mungkin karena saya sedikit tergelitik setelah membaca sebuah posting di blog rekan
saya di turun tangan aceh, saya jadi berniat untuk menggubah sebuah
tulisan mengenai saya dan turun tangan aceh. yah, bukan karena apa-apa.
hanya saja saya pikir pengalaman saya ini layak untuk di share. Seperti
yang sudah acap kali saya share di blog ini mengenai masa lalu saya,
pergaulan, dan cara saya memperlakukan orang lain, tentunya pembaca blog
ini memahami sejauh mana level ke-antisosial-an saya terhadap dunia
diluar jangkauan saya. persoalan yang menyangkut kepentingan orang
banyak bukanlah hal yang menurut saya penting untuk dipikirkan. saya
hampir melakuan semua hal sendirian yang dalam artiannya saya tidak akan
mengganggu orang lain dengan segala masalah yang saya miliki dan
memecahkan semua masalah saya punya sendirian, dan orang lain tidak
berhak untuk mengganggu saya dengan segala masalahnya. masa bodoh,
sungguh saya menyukai kesendirian. sungguh saya hanya mencintai diri
saya sendiri.
sampai pada akhirnya salah satu teman terdekat saya yang merupakan teman saya dari masa sekolah dasar –juga teman satu kontrakan saya–
yang jadi salah satu pendahulu dalam organisasi ini mengajak saya untuk
bergabung dan saya selalu memberikan alasan untuk menolaknya. saya
selalu menyampaikan bahwa saya sedang sangat sibuk mengajar di sebuah
sekolah. berlogika ini dan itu, sampai teman saya ini berhenti.
setelah
beberapa waktu berlalu. malam itu, teman saya ini membawa rekannya
untuk menjadi tamu dan menginap di rumah kami. saya tetap tidak perduli
dan membiarkan dia melakukan apapun yang dia sukai. namun, sejauh yang
bisa saya ingat, sedikit banyak saya tertarik dengan tamu kami ini. tamu
kami ini merupakan pria yang sudah tidak muda lagi, pria paruh baya
yang kabarnya ia merupakan seorang pegawai di salah satu instansi
pemerintahan di bireun. saya mencoba mengobrol panjang lebar dengan tamu
ini, bercerita mengenai banyak hal mulai dari yang penting sampai dari
yang tidak penting, walaupun kebanyakan saya hanya jadi pendengar yang
baik. beliau sangat humoris sekali.
waktu semakin malam dan
saya, memutuskan untuk keluar untuk membeli makanan dan sang tamu ini
meminta untuk menemani saya keluar. saya setuju. kami menaiki motor saya
dan mulai mengobrol lagi. dia bertanya, ‘mau kau dek, dipimpin oleh
orang yang tidak baik? kalau aku gak mau. makanya aku ikut turun
tangan.’
Beliau ini jauh-jauh datang dari bireun meninggalkan ke
enam anaknya yang kecil-kecil untuk ambil peran dalam memperjuangkan
kebaikan untuk banyak orang. saya terdiam sejenak dan menjawab,
‘entahlah.’ perasaan saya tergelitik. Beberapa hari setelahnya,
satu-satunya teman terdekat saya di kampus unsyiah yang juga merupakan
kakak senior angkatan saya menyatakan bahwa dia mau ikut turun tangan.
saya hanya tersenyum dan mengatakan mungkin saya akan ikut, nanti.
sampai akhirnya dia tamat kuliah dan pergi ke jakarta untuk bekerja.
Sepeninggalan
kakak ini, saya sedikit merasa bosan dan mulai mempertimbangkan untuk
bergabung. saya mulai mendukung teman sekontrakan saya ini –namanya rahmad–
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil seperti sekedar mengantar
atau menemaninya menjemput barang-barang perlengkapan turun tangan aceh,
saya mengamati dan membantu hal yang remeh-temeh. well, singkat cerita
lama-kelamaan akhirnya saya bergabung begitu saja. tanpa ketertarikan
apa-apa. Tugas pertama secara langsung di turun tangan aceh adalah
menangani sebuah kelas yang berisikan puluhan siswa sekolah dasar untuk
diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan umum untuk keperluan
olimpiade ataupun cerdas-cermat. saya berusaha mengajar sebaik mungkin,
membuat para siswa semengerti mungkin dengan apa yang saya ajarkan.
selebihnya, saya jadi sangat pendiam ketika bertemu dengan sesama rekan
pengajar turun tangan. saya selalu memilih tempat duduk di sudut tanpa
mau terlalu banyak terlibat dengan forum ketika tiba masanya untuk rapat
atau sekedar berdiskusi. saya berbicara ketika ditanya, dan hanya
mengangguk ketika setuju. saya sulit menerima orang baru, saya tidak
merasa nyaman dengan keramaian.
Tugas berikutnya adalah
mengajar anak-anak di perkampungan tempat pembuangan sampah akhir,
mengajar anak-anak yang kurang beruntung yang mereka harus menjadi
pemulung. sampai akhirnya ada rekan pengajar perempuan yang usianya
lebih muda dari saya mengatakan kalau tidaklah baik untuk menjadi begitu
pendiam dan tidak pedulian. sang junior ini berkata begini dan begitu,
mencoba mengobrol, dan bertanya ini dan itu. sampai saya merasa nantinya
akan ada banyak orang yang mengerti bagaimana saya ini, dan akhirnya
terbukti orang-orang ini menerima keunikan saya, semudah itu, ya hanya
semudah itu. sampai saya mengubah pandangan saya terhadap organisasi ini
secara keseluruhan, walaupun itu waktunya tidak sebentar.
Nah
sekarang, turun tangan aceh sudah semakin besar. orang-orangnya sudah
sangat banyak. cara saya bersikap terhadap orang baru sudah begitu
berubah, saya sudah bisa menempatkan diri saya, seolah saya tidak pernah
menjadi sangat kaku dan tidak menyenangkan. ditambah lagi,
sahabat-sahabat lama saya yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari itu
memutuskan untuk bergabung dan menyumbangkan tenaga dan pikirannya.
dan
lagi setiap waktu selalu ada orang baru yang bergabung, selalu ada
kelakuan unik yang tidak akan ada habisnya untuk diperhatikan. sangat
menarik dan menyenangkan. saat ini saya selalu menganggap turun tangan
aceh ini adalah sesuatu yang punya tempat jauh di bagian terdalam
pemikiran saya, itu sudah menjadi sebuah laboratorium kepribadian
pribadi milik saya yang membatu saya dimanapun. yang saya bisa menemukan
orang dengan karakter apapun dan mengetahui cara berinteraksi
dengannya, serta menemukan banyak orang-orang yang tulus hatinya.
saya senang berada disini.
Begitulah
saya, dan segala kekurangan saya, dan sejauh itulah perasaan saya. dan
lagi tulisan ini sudah menjadi lumayan panjang begini, saatnya
mengakhirinya sampai disini.
walaupun tulisan saya ini mungkin sedikit rumit untuk dimengerti, tapi tidak apa-apa, sedikit banyak saya sudah menyampaikan apa yang saya inginkan. ohya, saya menemukan beberapa orang baru yang punya sifat yang sama seperti saya dulu. semoga saja mereka menemukan pencerahan dan mampu mencari tempatnya berpijak dalam dunia pergaulan melalui turun tangan aceh ini.
:D
PEJUANG BUKAN!? HADAPI!!
1 komentar:
*very good
Posting Komentar