Kamis, 06 November 2014

Gagasan Itu Untuk Kita! #1Semangat

Mungkin banyak di antara kita yang hampir setiap hari mengerutkan dahi melihat pemberitaan tentang negeri ini, ya Indonesia. Mungkin banyak di antara kita yang tidak lagi mengharapkan terwujudnya kesejahteraan masyarakat  yang digadang-gadang pemerintah. Masing-masing orang sibuk mengupayakan caranya sendiri-sendiri untuk mengusahakan kesejahteraan pribadi, siapa peduli melanggar hukum atau tidak. Mungkin banyak diantara kita yang lupa bahwa Indonesia tidak sesempit pulau jawa, wilayahnya terbentang luas hingga Marauke.
Mungkin banyak di antara kita yang lupa, bahwa Indonesia bukan hanya milik segelintir orang-orang yang sibuk debat kusir di tv-tv tanpa solusi, sekedar untuk berpura-pura peduli, tanpa kerja yang berarti. Mungkin banyak diantara kita yang lupa bahwa Indonesia, adalah bangsa dengan lebih dari 250 juta penduduk yang potensial. Ya, karena setiap kita dilahirkan dengan potensi yang luar biasa bukan? Mereka semua berpotensi. Mereka  hanya dibedakan oleh keadaan. Sampai disini, kebutuhan akan sosok pemimpin menjadi suatu hal yang sangat penting. Bukan pemimpin yang mau menjadi pelayan ratusan juta penduduk tersebut, tapi pemimpin yang bisa membangunkan, kemudian menggerakkan.
Jumlah penduduk miskin terus meningkat, menjadi 28,55 juta orang pada september 2013. Jauh berbeda dengan iklan partai incumbent yang menyatakan bahwa angka kemiskinan terus menurun semenjak mereka menjabat. Ya, mungkin memang benar menurun, karena sebagiannya berakhir dengan mati kelaparan. Sektor-sektor strategis seperti pertambangan, tidak lagi dapat diharapkan sebagai komoditas yang dapat membantu penghidupan masyarakat, semenjak 75% dari  sektor ini dikuasai Asing.
Oya, namun  kita masih memiliki investasi anak-anak bangsa yang sedang menempuh pendidikan. Jumlah tenaga guru pun telah mencukupi, yaitu sekitar 2,9 juta jiwa dengan ratio guru dan murid sekitar 1:18. Rasio yang bahkan mengalahkan Jerman dan Korea Selatan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah guru tersebut telah tersebar merata  di seluruh wilayah Indonesia? Faktanya, sekitar 66% daerah terpencil masih kekurangan tenaga pendidik. Lalu, dimana lagi letak harapan akan investasi-investasi itu?
Semua kondisi ini, sayangnya, justru diperparah dengan aktivitas aktor-aktor yang berlaga dalam panggung pemerintahan.  Sedikitnya 30% atau sekitar Rp 400 miliar APBN dikorupsi setiap tahunnya. Tidak perlu lagi membahas mengenai penegakan hukum di Indonesia. Berdasarkan survei Global Corruption Barometer (GBC) 2013 oleh Transparency International (TI), kepolisian tidak lagi menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat untuk menegakkan hukum, kepolisian menempati peringkat teratas lembaga yang dianggap terkorup di Indonesia. Suatu hal yang tidak layak disebut sebagai prestasi. Sedikit gambaran kasar ini mungkin, yang membuat pemuda kini tidak lagi bisa berbangga akan bangsanya. Tidak lagi dengan bangga bisa menyebutkan: Aku Indonesia.
Mungkin mereka lebih berbangga saat mengomentari budaya asing, mengikuti gaya hidupnya, mengkonsumsi produknya, dan sebaliknya: membodoh-bodohi bangsa sendiri. Akhir-akhir ini, mengkritik memang terlihat lebih menggiurkan daripada mengakui, bahwa kita adalah bagian dari bangsa itu, Indonesia.
Mungkin jarang kita sadari bahwa Indonesia memiliki kekayaan lain yang bahkan, potensinya melebihi kekayaan sumber daya alamnya. Ya, Indonesia memiliki total 250 juta penduduk yang potensial untuk diajak “bekerja sama” membangun  bangsa ini. Pembangunan yang dicanangkan pemerintah -secanggih apapun itu- tidak akan berjalan maksimal ketika menjadikan partisipasi masyarakat hanya sebagai alat, bukan tujuan. Saat partisipasi masyarakat dijadikan sebagai tujuan, proses ini akan mengembangkan dan memperkuat        kemampuan/peran masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Poinnya: kita membangun bangsa ini bersama-sama!
Bukankah kau rindu semangat itu kawan?  Rindu masa kejayaan itu. Rindu masa-masa dimana mencintai bangsa sendiri, melintasi perbedaan budaya, agama dan bahasa. Rindu berjuang dengan ratusan ribu rakyat lain, mempertahankan harga diri bangsa ini. Ya, rindu itu semakin memuncak ditengah arus budaya asing yang melingkupi setiap sendi kehidupan, ditengah bisingnya cemoohan, dan ditengah lihainya para petinggi yang menggerogoti bangsanya sendiri, memperkaya diri. Bisa kah kamu membayangkan, 250 juta lebih rakyat Indonesia hidup dalam satu semangat yang sama? Ya, karena bangsa ini hancur bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya orang-orang baik yang diam dan mendiamkan.
Gagasan itulah yang dibawa Anies Baswedan, satu-satunya figur dari Indonesia dan Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 intelektual dunia. Seseorang yang diprediksi akan menjadi satu dari 20 orang penting dalam 20 tahun mendatang menurut Majalah Foresight. Seorang intelektual muda yang termasuk kedalam 500 muslim berpengaruh di dunia versi Royal Islamic Strategic Centre, Yordania. Seorang mantan Ketua Senat UGM, yang memimpin berbagai pemberontakan melawan tirani pada masanya. Seorang ketua komite etik KPK, yang juga menggagas mata kuliah anti-korupsi dalam Universitas yang dipimpinnya.
Seseorang yang menginisiasi ratusan pengajar muda untuk mengisi kekosongan pengajar dipulau-pulau terluar Indonesia. Menginspirasi ribuan orang untuk mau mengajar murid-murid SD selama satu hari dalam kelas inspirasi. Menggerakkan ratusan orang dan institusi untuk mengirimkan buku dan membentuk perpustakaan di daerah-daerah lewat program Indonesia Menyala. Seorang pemimpin, yang telah berhasil memprovokatori 16.500 relawan untuk ikut turun tangan.
Ini dia gagasannya: Indonesia 1945.
1 Semangat mewujudkan ‘Indonesia Kita Semua’, yang tidak hanya untuk kita yang hidup hari ini, tapi terutama untuk anak-anak kita dan anak-anak dari anak-anak kita.
Melaksanakan 9 Pekerjaan: Jaminan akan Indonesia merdeka, Indonesia Beradab, Indonesia Sejahtera, Indonesia Adil dan Makmur, Indonesia Cerdas, Indonesia Sehat, Indonesia Erat, Indonesia Bermartabat, dan Indonesia Gotong Royong. Ya, Indonesia gotong royong karena semua pekerjaan tersebut hanya bisa terwujud jika pemimpin negara bisa menggerakkan seluruh komponen bangsa, untuk bersama-sama mengrjakannya.
9 Pekerjaan tersebut didesain untuk melunasi 4 Janji Kemerdekaan: Aman-Berdaulat, Adil-Makmur, Mandiri, dan Bermartabat.
Dan seluruh gagasan itu akan diimplementasikan dalam 5 Tahun Masa Bakti yang luar biasa: Turun Tangan Bersama-sama. Sebuah gagasan sederhana, namun menggetarkan bagi saya pribadi. Mengapa? Karena kita diajak untuk ikut memiliki bangsa ini. Kita diajak untuk bersama-sama membersihkan “rumah” kita sendiri. Ya, karena gagasan itu untuk KITA!
Seorang Anies Baswedan tidak akan mampu menyelesaikan tumpukan masalah Indonesia seorang diri. Namun, Ia mampu menggerakkan rakyatnya untuk menyelesaikan tumpukan masalah tersebut, bersama-sama. Itulah sejatinya seorang pemimpin.
Kini, bukan saatnya lagi kita menganggap bahwa akan selalu ada orang lain yang datang untuk menyelesaikan masalah-masalah kita. Saatnya kita memiliki masalah, dan mulai turun tangan. – Anis Baswedan

0 komentar:

Posting Komentar