Sabtu, 26 September 2015

#KepoinRelawan #KepoinMasRahmat

1 komentar

Tanggal 13 September 2015  yang lalu kita telah melaksanakan aksi #kepoinrelawan, kita ngepoin sosok koordinator Turun Tangan Aceh kita nih namanya Rahmat Hidayat Munandar, ada banyak sekali pertanyaan dari para relawan turun tangan untuk pemuda yang berasal dari Rimo ini, dan dijawab dengan panjang lebar dan sedetail-detailnya oleh pejuang kita itu, salah satunya menanyakan apa sih yang membuat sosok ini rela melewati 3 kali jatah wisudanya demi turun tangan? Jawabannya “Rahmat punya mimpi untuk mengajak siapapun dilingkungannya untuk cinta akan negerinya lewat tindakan karena Aceh butuh anak muda yang tidak berfikir “saya dapat apa dari Aceh, tapi Aceh ini dapat apa dari diri saya”.  Sosok yang sangat menginspirasi Rahmat selama ini dalam dunia pendidikan yaitu Pak Anies Baswedan, dan dia sudah mengikuti tentang  Pak Anies ini mulai dari dia awal SMP sampai sekarang.

Siapa yang tahu sosok Rahmat ini ternyata dulunya pernah menjabat sebagai ketua OSIS  saat SMP, dan pernah mengikuti kejuaraan bulutangkis tingkat prov. Waaah hebat ya. Ada relawan yang menanyakan kegiatan apa sih yang mengubah cara pandang dan pemikiran Rahmat? “pertama membaca buku, saya bisa keliling daerah atau dunia dengan membaca, dan juga interaksi dan pertinggi rasa penasaran, misal contoh mahasiswa politik ada kasus politik maka langsung mencari tau siapa A dengan seluruh latar belakangnya. Kebersamaan kita membuat banyak ide itu timbul, itulah mengapa saya selalu merindukan kumpul dengan kalian semua” jawabnya.

Ada tips lagi nih dari sosok Rahmat untuk cara bagaimana sih menjaga silaturrahmi antar sesama relawan di Turun Tangan? “Silaturrahmi dan kekompakan adalah roh perjuangan di relawan, jika kita tidak saling menjaga dan membiarkan rasa ego menguasai setiap diri kita, lantas siapa yang menjaganya? Yang saya lakukan adalah melakukan pendekatan langsung secara pribadi. Misal ada yang pemalu maka saya akan sedikit mendekati untuk lebih akrab, tidak untuk PDKT. Sebagai relawan harus banyak mengalah kita tidak boleh menebar pesimis dan menjatuhkan, tugas saya tidak boleh sekalipun menyampaikan di rapat atau di PM atau dimana pun masalah saya dll. Kenapa? Karena akan memberikan persepsi yang tak baik, karena satu kata pesimis akan melahirkan sejuta pesimis baru”.

Ada juga nih permintaan dari seorang relawan kita kepada Rahmad untuk menceritakan ada gak sih perubahan yang di alami selama bergabung di turun tangan aceh?  terus bagaimana sih caranya ngemiliki cara pandang positif tentang masa depan?
“Perubahan apa yang saya dapat, banyak sekali. Saya lebih sering turun ke lapangan ketimbang ribut di media dll. Terus rasa cinta saya pada kampung halaman dan Indonesia itu bertambah sangat banyak. Semua tau saya orang yang paling benci Indonesia kala itu, bahkan pernah ditanya nanti besar mau jadi apa. Mau jadi GAM tapi bukan yang pegang senjata, melainkan yang berdiplomasi dll. sekarang semua berubah. Kenapa bisa seperti ini? karena kalian semua dan buku. Sejak kecil saya bacaanya buku aceh dan perjuangan dll. Terus saya banyak belajar bagaimana menjaga kekompakan dll, mendiskusikan ide lalu mengerjakannya. Enak kan siap diskusi ide kita langsung buat program, nekad sikit itu perlu. Banyak lagi sih tapi ini saja. Intinya semakin hari ingin berbuat terus buat negeri ini dan lingkungan. Sedih, lelah, letih, malas, kecewa, dll.  itu bunga bunga perjuangan, Jadi seperti kata mas Anies pilih jalan yang mendaki karena ia akan mengantarkan kita ke puncak. Berjuta juta kali kecewa sudah saya alami jadi kayak kebal gitu. Karena di jalan kehidupan selanjutnya akan ada miliaran kecewa lainya lagi. Pejuang ya hadapi. Kayak Kata mas Anies Jika tidak mau kecewa dan Down jangan ambil jalan mendaki. Berdiam diri saja kadang kita kecewa , apalagi sudah pilih jalan terjal begini. Kenapa terjal? karena kita masuk pada masalah bukan pada pesta. Salut buat teman teman yang mengurangi jadwal tidur, mengeluarkan tenaga dan uang dst. Kalian pejuang hebat Saya sedang mengajak semuanya untuk berani masuk ranah politik, Karena sebagian masalah negeri ini adalah politik, disini kita sedang sama sama melakukan itu. Politik dalam arti bukan pragmatis ya. Misal contoh politik yang saya maksud adalah begini, di Pulo Aceh masalah pendidikan masih sangat rendah, permasalahannya karena dinas tidak tegas terhadap guru. Kita sudah turun dan tau ke lapangan, politiknya dimana? Kita ke dinas dan beraudiensi dengan dinasnya untuk sama-sama mencarikan solusi. Ini yang saya maksud. Mengajak kita semua masuk ke ranah publik yaitu stakeholder. Kita turun tangan di akar rumput permasalahan tapi juga duduk di hulu permasalahan. Turun tangan aceh ini menjadi besar dan berkibar bukan karena rupiah ataupun baliho-baliho besar di jalan. Tuta ini besar karena kristal keringat kita semua yang terus semakin hari semakin besar dan ketulusan hati teman Teman semua. Biarkan kristal keringat ini membentuk puncak yang akan membawa kita semua ke puncak indah itu.”

Karena mimpi, cita cita, cinta tanah kelahiran dengan semua isinya merupakan beberapa faktor yang membuat Rahmat bisa seperti sekarang ini. Dalam pergaulan Rahmat juga memiliki prinsip “mau dia lebih muda atau tua saya harus ramah dan respect kepadanya. “ Dalam dunia organisasi pasti banyak sekali permasalahan sosial yang dihadapi, namun juga banyak juga metode yang digunakan guna membangun rasa tanggungjawab tiap anggota yang dilakukan oleh sosok Rahmat ini, salah satu nya dengan memberikan “contoh langsung”, misal ada yang banyak sekali bicara tapi sedikit berkerja maka saya akan tunjuk dia ketua pelaksana supaya dia tau bagaimana di lapangan sehingga kedepan akan belajar untuk lebih banyak kerja ketimbang cerita. Bagi saya di tuta jni yang muda adalah adik saya, yang sebaya sahabat saya dan yang lebih tua kakak atau abang saya, yang lebih tua lagi orang tua saya.

Kenapa Rahmad memilih masuk k TuTa?  Hal apa yang akan tetap sama di 1 minggu kemudian,1 tahun kemudian, bahkan seumur hidup ketika Rahmad masih d TuTa Aceh, maupun ketika Rahmad udah out dr TT Aceh?
Sejarah gabung di turun tangan. Kala itu kalau tidak salah September 2013 saya membuka blog yang berisi tulisan mas Anies. Mas Anies sudah saya ikuti sejak tahun 2008 kala SMA, saya berlangganan majalah dan sering membeli majalah MADINA, karena saya menyukai dunia pendidikan dan dalam majalah itu di post tokoh tokoh muda dunia dst. Sejak itulah saya mengikuti dan belajar serta mencuri ide ide Mas Anies untuk saya terapkan di kampung halaman waktu itu. Karena tidak ada tulisan baru maka saya ketik Anies Baswedan di Google dan keluarlah link turun tangan. Saya isi seluruhnya. Di bulan 12 awal saat saya di Medan datanglah telpon dari Kak Juwita dan gisa kala itu untuk bertanya tentang apa yang saya isi dan bisa lakukan untuk turun tangan. Kita diskusi membahas Tentang Mas Anies dan turun tangan. Maka setelah itu kita dengan beberapa kakak dan abang membentuk turun tangan aceh di tanggal 23 Desember 2013 bertempat di putroe phang, karena kala itu hari Senin hujan maka di pindah ke taman Sari. Kak Fairuz, Kak Riza, Bang Muhajir Maop, Bang Akmal Farraz dll. Mulailah kita menyusun kegiatan dll. mengajak semua teman teman saya untuk bergabung di turun tangan, awalnya tak begitu banyak. Tapi Alhamdulillah semakin hari semakin ramai kita. Kebetulan waktu itu mas Anies menjadi bakal calon presiden maka saya dkk membentuk tim untuk mempromosikan mas Anies. Berbagai macam cara unik dan santun kita lakukan, dan saya bahagia serta bangga melakukan hal hal baru. Turuntangan akan selalu di hati. Dimana pun saya berada saya akan bergabung turun tangan misal di jogja nantinya, jika tidak ada saya bentuk saja. Jika cinta saya sama Indonesia hilang mungkin baru hilang sikap itu. Doakan saya tetap cinta ya. Karena hanya dengan tangan tangan, ide , ilmu dan kita semua yang membuat daerah kita akan maju.

                Saya punya beberapa janji dalam hati pada suatu waktu dulu. Dan Alhamdulillah sudah semua janji saya tertunaikan seperti mempertemukan mas Anies dengan Tuta aceh, ke Sabang, ke pulau aceh, ke takengon, dan membawa adik adik Gatnas. Mimpi saya akan terwujud mungkin 20 tahun lagi. Karena mimpi saya adalah Turun Tangan akan melahirkan pemimpin muda untuk dirinya dan lingkungan serta bangsanya. Dan itu akan bisa dilihat nanti. 

Selasa, 09 Juni 2015

Siapa yang kenal siapa?

1 komentar

Mungkin karena saya sedikit tergelitik setelah membaca sebuah posting di blog rekan saya di turun tangan aceh, saya jadi berniat untuk menggubah sebuah tulisan mengenai saya dan turun tangan aceh. yah, bukan karena apa-apa. hanya saja saya pikir pengalaman saya ini layak untuk di share. Seperti yang sudah acap kali saya share di blog ini mengenai masa lalu saya, pergaulan, dan cara saya memperlakukan orang lain, tentunya pembaca blog ini memahami sejauh mana level ke-antisosial-an saya terhadap dunia diluar jangkauan saya. persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak bukanlah hal yang menurut saya penting untuk dipikirkan. saya hampir melakuan semua hal sendirian yang dalam artiannya saya tidak akan mengganggu orang lain dengan segala masalah yang saya miliki dan memecahkan semua masalah saya punya sendirian, dan orang lain tidak berhak untuk mengganggu saya dengan segala masalahnya. masa bodoh, sungguh saya menyukai kesendirian. sungguh saya hanya mencintai diri saya sendiri.

sampai pada akhirnya salah satu teman terdekat saya yang merupakan teman saya dari masa sekolah dasar –juga teman satu kontrakan saya– yang jadi salah satu pendahulu dalam organisasi ini mengajak saya untuk bergabung dan saya selalu memberikan alasan untuk menolaknya. saya selalu menyampaikan bahwa saya sedang sangat sibuk mengajar di sebuah sekolah. berlogika ini dan itu, sampai teman saya ini berhenti.

setelah beberapa waktu berlalu. malam itu, teman saya ini membawa rekannya untuk menjadi tamu dan menginap di rumah kami. saya tetap tidak perduli dan membiarkan dia melakukan apapun yang dia sukai. namun, sejauh yang bisa saya ingat, sedikit banyak saya tertarik dengan tamu kami ini. tamu kami ini merupakan pria yang sudah tidak muda lagi, pria paruh baya yang kabarnya ia merupakan seorang pegawai di salah satu instansi pemerintahan di bireun. saya mencoba mengobrol panjang lebar dengan tamu ini, bercerita mengenai banyak hal mulai dari yang penting sampai dari yang tidak penting, walaupun kebanyakan saya hanya jadi pendengar yang baik. beliau sangat humoris sekali.
waktu semakin malam dan saya, memutuskan untuk keluar untuk membeli makanan dan sang tamu ini meminta untuk menemani saya keluar. saya setuju. kami menaiki motor saya dan mulai mengobrol lagi. dia bertanya, ‘mau kau dek, dipimpin oleh orang yang tidak baik? kalau aku gak mau. makanya aku ikut turun tangan.’

Beliau ini jauh-jauh datang dari bireun meninggalkan ke enam anaknya yang kecil-kecil untuk ambil peran dalam memperjuangkan kebaikan untuk banyak orang. saya terdiam sejenak dan menjawab, ‘entahlah.’ perasaan saya tergelitik. Beberapa hari setelahnya, satu-satunya teman terdekat saya di kampus unsyiah yang juga merupakan kakak senior angkatan saya menyatakan bahwa dia mau ikut turun tangan. saya hanya tersenyum dan mengatakan mungkin saya akan ikut, nanti. sampai akhirnya dia tamat kuliah dan pergi ke jakarta untuk bekerja.

Sepeninggalan kakak ini, saya sedikit merasa bosan dan mulai mempertimbangkan untuk bergabung. saya mulai mendukung teman sekontrakan saya ini –namanya rahmad– untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil seperti sekedar mengantar atau menemaninya menjemput barang-barang perlengkapan turun tangan aceh, saya mengamati dan membantu hal yang remeh-temeh. well, singkat cerita lama-kelamaan akhirnya saya bergabung begitu saja. tanpa ketertarikan apa-apa. Tugas pertama secara langsung di turun tangan aceh adalah menangani sebuah kelas yang berisikan puluhan siswa sekolah dasar untuk diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan umum untuk keperluan olimpiade ataupun cerdas-cermat. saya berusaha mengajar sebaik mungkin, membuat para siswa semengerti mungkin dengan apa yang saya ajarkan. selebihnya, saya jadi sangat pendiam ketika bertemu dengan sesama rekan pengajar turun tangan. saya selalu memilih tempat duduk di sudut tanpa mau terlalu banyak terlibat dengan forum ketika tiba masanya untuk rapat atau sekedar berdiskusi. saya berbicara ketika ditanya, dan hanya mengangguk ketika setuju. saya sulit menerima orang baru, saya tidak merasa nyaman dengan keramaian.

Tugas berikutnya adalah mengajar anak-anak di perkampungan tempat pembuangan sampah akhir, mengajar anak-anak yang kurang beruntung yang mereka harus menjadi pemulung. sampai akhirnya ada rekan pengajar perempuan yang usianya lebih muda dari saya mengatakan kalau tidaklah baik untuk menjadi begitu pendiam dan tidak pedulian. sang junior ini berkata begini dan begitu, mencoba mengobrol, dan bertanya ini dan itu. sampai saya merasa nantinya akan ada banyak orang yang mengerti bagaimana saya ini, dan akhirnya terbukti orang-orang ini menerima keunikan saya, semudah itu, ya hanya semudah itu. sampai saya mengubah pandangan saya terhadap organisasi ini secara keseluruhan, walaupun itu waktunya tidak sebentar.

Nah sekarang, turun tangan aceh sudah semakin besar. orang-orangnya sudah sangat banyak. cara saya bersikap terhadap orang baru sudah begitu berubah, saya sudah bisa menempatkan diri saya, seolah saya tidak pernah menjadi sangat kaku dan tidak menyenangkan. ditambah lagi, sahabat-sahabat lama saya yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari itu memutuskan untuk bergabung dan menyumbangkan tenaga dan pikirannya.
dan lagi setiap waktu selalu ada orang baru yang bergabung, selalu ada kelakuan unik yang tidak akan ada habisnya untuk diperhatikan. sangat menarik dan menyenangkan. saat ini saya selalu menganggap turun tangan aceh ini adalah sesuatu yang punya tempat jauh di bagian terdalam pemikiran saya, itu sudah menjadi sebuah laboratorium kepribadian pribadi milik saya yang membatu saya dimanapun. yang saya bisa menemukan orang dengan karakter apapun dan mengetahui cara berinteraksi dengannya, serta menemukan banyak orang-orang yang tulus hatinya.

saya senang berada disini.
Begitulah saya, dan segala kekurangan saya, dan sejauh itulah perasaan saya. dan lagi tulisan ini sudah menjadi lumayan panjang begini, saatnya mengakhirinya sampai disini.
walaupun tulisan saya ini mungkin sedikit rumit untuk dimengerti, tapi tidak apa-apa, sedikit banyak saya sudah menyampaikan apa yang saya inginkan. ohya, saya menemukan beberapa orang baru yang punya sifat yang sama seperti saya dulu. semoga saja mereka menemukan pencerahan dan mampu mencari tempatnya berpijak dalam dunia pergaulan melalui turun tangan aceh ini.
:D
PEJUANG BUKAN!? HADAPI!!


image
Oleh Muharri Aqly

Sabtu, 06 Juni 2015

Sepatu Baru Untuk Mereka

0 komentar


                               Foto by Andrie

Perjalanan ini terasa hambar  tanpa dokumentasi dan nyaris kosong bila tidak menuliskannya. Ibarat topples kosong yang tidak menyisakan sepotong kue pun, tidak ada yang tahu kue apa sebelumnya yang mengisi topples. Begitu pun perjalanan ini, tidak akan ada yang tahu apa dan bagaimana suasana hari itu, tidak ada yang bisa dilihat dan dibaca. Ada banyak cerita yang bisa dikisahkan setiap kali berpergian/mengunjungi suatu tempat, baik ketika sedang bersama teman-teman komunitas maupun ketika ku berpergian sendiri. Namun tak pernah sekalipun ku menggerakkan tangan ini untuk menuliskannya segera. Padahal tadinya punya segepok cerita yang ingin dituliskan. Tapi, lagi-lagi hasratku menulis memudar, waktu menawarkan hari esok dan esok, terus mengulur-ulur waktu. Dan pada akhirnya hilang tidak berbekas. Kebiasaan buruk yang harus disingkirkan. 

Kini ku tetapkan tekad untuk menulis. Menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan, memperlihatkan apa yang aku lihat, dan memberitahukan apa yang sepatutnya diketahui.
Sore jumat, saat itu bersama relawan Turun Tangan Aceh sedang dalam perjalanan Banda Aceh – Aceh Besar. Tepatnya dari Banda Aceh menuju Lhoong, Aceh Besar yang berada di sekitaran kaki Gunung Kulu. Lintasan jalan ke arah Geureute. Hari itu tanggal 1 Mei, tujuan kami ke SDN 1 Cot Jeumpa. Demi menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei besok, kami berusaha menyusun rencana untuk membangkitkan hari pendidikan bersama anak-anak sekolah pedalaman yang jauh dari hiruk pikuk keramaian.

Pukul 18.58 tepat waktunya shalat magrib kami tiba di sekolah. Belum pun pagi tiba aku sudah membayangkan kelangsungan upacara besok pagi dilapangan sekolah ini. Bayangan upacara bersama puluhan anak SD 1 Cot Jeumpa itu kini terjadi sudah. Acara sebenarnya barulah dimulai, para relawan berbaur bersama anak-anak mulai dari murid kelas 1 sampai kelas 6 SD. Semua relawan mengambil bagian masing-masing, ada yang mengisi kelas cita-cita, kelas peduli lingkungan, kelas kesehatan dan kelas kreativitas. 

Interaksi ini yang mempertemukan kami dengan salah seorang anak yang cukup menyilukan hati ketika melihatnya. Kelincahan dan keaktifannya bergerak dikelas dan berlari-lari di halaman sekolah, seakan tidak percaya pada alas kaki yang dikenakannya. kami tidak menyangka ia bisa seluasa itu bergerak dengan sepatunya yang koyak. Koyaknya pun bukanlah koyak biasa, koyakkannya sudah seperti dibelah. Sepasang sepatunya telah koyak di sisi kanan sepatu kiri dan sisi kiri sepatu kanan. Koyakkannya yang begitu besar sangat mudah sekali terlihat oleh mata siapapun yang memandangnya. 
Foto by Teguh
Dudun si bocah kecil sang pemilik sepatu sekarang duduk di kelas 3 SD, layaknya sikap anak-anak seumurannya yang suka bermain, dudun pun sangat aktif. Beberapa pengajar sampai kewalahan dibuatnya, namun kepolosan dan candanya membuat kami ingin tertawa. Ia anak yang baik, ia juga anak yang pintar. Saat perlombaan menggambar ia terpilih sebagai juara 3. Tentu saja tidak sembarangan anak yang terpilih, hanya gambar yang memiliki nilai seni yang tinggilah yang memenangkannya. Kondisi Dudun menjadi petunjuk bagi kami untuk melirik kepada murid yang lain. Selain dirinya ternyata ada seorang lagi yang memiliki nasib sepatu seperti Dudun, namun sepatu bocah yang juga duduk di kelas 3 ini tidak seburuk sepatu yang dimiliki Dudun. 

Namanya Muhammad Sitqi, ia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya juga bersekolah di sekolah yang sama, tingkatan kelas kakaknya selisih dua kelas diatasnya.  Jarak rumah Sitqi tidak jauh dari sekolah, rumahnya cukup sederhana, berukuran 4x4 dengan  2 ruang kamar, di dinding ruang tamu bergantung jala ikan dan terurai panjang sampai kelantai, lantainya beralaskan semen namun semennya tidak rata lagi, beberapa sudut terdapat retakkan dan retakkan itu sampai menggelupas bagian semen paling atas. Pekerja ayah Sitqi sepertinya melaut, warna kulit ayah Sitqi semakin memperkuat dugaan tersebut. Berbeda dengan Dudun, sikap Sitqi jauh lebih tenang dan banyak diam. Ia hanya berbicara ketika ditanyakan. 

Bagi sebagian orang tua membelikan sepatu dan kebutuhan sekolah lainnya bukanlah persoalan. Melihat anak-anak mau sekolah saja sudah membuat orang tua senang, segala yang diperlukan pun sebisa mungkin dipenuhi. Bahkan tidak cukup sekali beli, setiap naik kelas hampir semuanya serba baru, tas, sepatu, baju, buku selalu berganti. Padahal barang lama masih layak dipakai. Berbeda sekali dengan kehidupan orang yang tidak punya, bila sudah benar-benar tidak bisa dipakai lagi barulah diganti dengan yang baru. 

Namun hari ini kami melihat. Kondisi sepatu yang benar-benar tidak layak pakai lagi pun masih ada yang memakainya. Alas sepatu dalamnya sudah tidak ada lagi, hanya kaos kaki yang menjadi penghalang bertemunya antara kulit kaki dengan tapak sepatu yang berlubang-lubang dan keras. Bagaimanakah sakitnya?  Adakah ia mengeluh?  pernahkah ia menangis? Mungkin,  rasa sakitnya pun tidak terasa lagi, kulit sudah kebal karena sudah terlalu sering dipakai.

Sitqi bukanlah anak yang lemah dan malas. Meskipun kondisi kehidupan keluarganya dalam keadaan kurang mampu tidak berarti ia menguburkan cita-citanya. Ia juga berhak memiliki harapan sama  seperti harapan anak-anak lainnya yang bisa sekolah dan sukses. Ia anak yang beruntung karena memiliki orang tua yang masih memikirkan masa depannya. Keterbatasan dan himpitan keuangan keluargannya pasti terasa begitu berat membiayai sekolah kedua anaknya, menggantikan sepatu koyak dengan sepatu baru pastilah harapan orang tua Sitqi yang ingin dihadiahkan kepadanya. 

Semoga rezeki dan kemudahan selalu dilimpahkan kepada keluarga yang menyekolahkan anak-anaknya dan kepada orang tua yang mendidik anaknya dengan baik. Bulan Desember nanti usia Sitqi genap 10 tahun, ia bercita-cita menjadi seorang Dokter. Akupun tidak punya kesempatan menanyakan mengapa ia ingin menjadi Dokter. 

Ini hanya sebagian kecil potret kehidupan anak bangsa yang memilukan jiwa. Ditempat lain bahkan ada anak murid yang sekolah beralaskan kaki.  Dan adapula yang belum pernah mengenyam pendidikan di sekolah sama sekali. Inilah kondisi pendidikan negeri ini, masih perlu banyak perbaikan dan butuh uluran tangan masyarakatnya. 

Andai saja uang rakyat tidak dikorupsi, andai saja semua orang kaya dermawan, dan andai saja semua orang saling peduli. Negeri ini pasti bisa lebih baik dari ini.

TETAP OPTIMIS!!!

Oleh Dora Asra

Minggu, 10 Mei 2015

Kesan Pertama Putri

0 komentar
Nama saya  Putri Lestari. Kalangan kampus memanggil saya Putri tapi kalau dirumah saya dipanggil Putroe. eehhmm akibat berdarah aceh asli makanya dipanggil seperti itu. . Saya lahir di Kota Banda Aceh, 12 September 1992. Saya baru saja menjadi Alumni disalah satu perguruan tinggi kebanggaan orang Aceh. ehm sering disebut tu Jantong Hatee ureung aceh. Apalagi kalau bukan Universitas Syiah Kuala jeng jreng jeng.. Disana saya menuntut ilmu di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan pendidikan matematika. Secara langsung ya sekarang saya adalah seorang pendidik muda.

Berbicara tentang pendidik dan pendidikan. Ya baru-baru ini saya mengenal salah satu organisasi yang bergerak dibidang itu. TURUN TANGAN  atau biasa disingkat dengan TuTa. TuTa berisikan anak-anak muda aceh yang penuh dengan semangat juang yang membuat saya ikut tergerak bertindak secara nyata untuk suatu perubahan. Walaupun saya baru bergabung tetapi banyak hal bisa saya pelajari disini. Dimulai saat kegiatan pertama saya diTuTa “Travelling dan berbagi” bertepatan dengan hari Pendidikan,bersama anak-anak desa Cot Jeumpa, Suatu desa yang berada di pelosok kaki gunung kulu, Lhoong, aceh besar. Malam pertama di Cot Jeumpa,HHHUUJJJJAAANN Guedek binnggoo..paginya lapangan SD Negeri 1 Cot Jeumpa banjir ccuuyy. Padahal ada jadwal upacara bendera sang saka merah putih dalam rangka hari pendidikan pagi itu..Tapi tekad kuat dari para relawan Turun Tangan Aceh untuk tetap melanjutkan agenda sesuai jadwal tak tenggelam dibanjir tu..Hal apakah yang dilakukan para relawan TuTa??????? Penasaran kan?? Kepo kan??? Hahahahha...
Dengan bermodalkan cangkul hasil peminjaman masyarakat setempat, Pot bunga gak terpakai,dan ember..Relawan TuTa bergotong royong MENGURAS air yang tergenang dilapangan sampai HABIS..Amazing gak tu????Hebat kan???? Saya aja terharu liatnya..Emanglah Relawan Turun Tangan Aceh tu..GAK ADA LAWAN CCUUYYYY...
Dan pada akhirnya sang saka merah putih dapat berkibar di Cot Jeumpa, desa terpelosok di gunung kulu ini.
Prok..prok..prok..HOOOORRREEE..

Ini pertama kalinya saya bersosialisasi, berbagi bersama anak-anak di SD Negeri 1 Cot Jeumpa. pada saat itu saya diberikan tanggung jawab  kelas kreatifitas di kelas satu. Awalnya Ayem-ayem sedap saya membayangkannya, hal yg menghantui saya saat itu adalah “saya tidak bisa, saya tidak mampu,saya tak sehebat teman-teman yang lain,yang notabennya tentor privat2 handal”. Kata-kata itu selalu ada dalam pikiran saya. Tapi itu hilang dalam sekejap saat teman-teman dari TuTa menyemangati saya,membuka pikiran saya untuk slalu optimis. Kalau bukan putri yang merubahnya,siapa lagi??. Ya saya maju. Awalnya terasa aneh, ketika melihat sorot mata-mata mungil, bersih,suci dan penuh arti dari anak-anak generasi penerus bangsa ini membuat saya  dapat mengaluri semuanya..alhamdulillah..terima kasih teman-teman TuTa aceh. Terima kasih atas semangatnya Saya tak kan melupakan kata-kata itu.

Eeettttt jangan bosen dulu ya bacanya....hahahahhahhahaaTuta itu tidak hanya berbagi llhhooooo...itu baru hari pertama..yuk kita menuju hari kedua..
Travelliiiiiiinnngggggg...ya ini tak kalah menyenangkan dari kegiatan berbagi..Jantang adalah tujuan TuTa kali ini. Tempat wisata yang tak terjamah oleh manusia. Sangat alami. 3 kilometer dari desa Cot Jeumpa. Pemandangannya itu wwwweeeeeee..cantik binggo..tak hanya menikmati pemandangannya. Hari kedua ini saya belajar yang namanya kekompakan dan kebersamaan. Tak terelakkan juga kadang waktu dan tempat menampung sekaligus membuka ide-ide baru dari teman-teman untuk TuTa kedepannya. Anak-anak muda TuTa itu kritis,kreatif dan inovatif llhhooo dalam berfikir. Mereka bisa memberikan ide diluar dugaan saya yang tidak ada apa-apanya ini. Butiran debu gitu lah...
Eeeetttt kok mulai pesimis sih nih...GAK BOLEH!!!!!! Inget kata-kata tadi!!!!
saya juga bisa memberikan ide yang amazing. Bahkan harus jauh diluar dugaan mereka.
Eehm..eehhmm..tes..tes..tes..ok saudara-saudara setanah air,seperjuangan..KEMBALI KE LAPTOP!
Ada hal yang membuat saya bertambah kagum dengan TuTa adalah disini lebih banyak anak-anak muda yang kuliahnya tu diluar bidang ilmu pendidik ya kayak guru gitu lah..ttaappiii mereka sangat kreatif untuk mengajar didepan dibandingkan ya kayak saya yang udah dari sononya tu pendidik... Amazing!! Salut untuk teman-teman TuTa.
Banyak kesan yang dapat saya ambil dari TuTa...padahal baru satu kegiatan tu...gimana kalau 5 kegiatan, 10, 13,17,20, 100 dan seterusnya ya..penuh blog TuTa dengan kesan para anak-anak muda ini..hahahaha..
OK sekian dulu,,sampai ketemu di kegiatan Turun Tangan Aceh berikutnya yyyaaaaa...
PEJUANG BUKAN?????????
HADAPI!!!!!!!!
Salam hangat untuk Turun tangan Aceh


Senin, 04 Mei 2015

Turun Tangan Aceh peringati HARDIKNAS di Kaki Gunung Kulu

0 komentar

 
Aceh Besar – Dalam kegiatan Travelling dan Berbagi, relawan TUrun TAngan Aceh (TUTA Aceh) mengadakan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) 2015 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cot Jeumpa, Lhoong, Aceh Besar yang berada di sekitaran kaki Gunung Kulu, Sabtu, 02 Mei 2015. Walaupun hujan yang mengguyur semalaman mengakibatkan tanah becek dan berlumpur,  aksi sosial yang mengusung tema, “Semesta Aceh bergerak untuk pendidikan yang lebih baik” tersebut, tetap berlangsung sebagai bukti dari wujud kepedulian terhadap pendidikan di Aceh, khususnya di daerah pedalaman.

Rahmat Hidayat M, selaku ketua panitia mengharapkan setiap generasi muda dapat memberikan konstribusi terbaik dalam mengoptimalkan masalah pendidikan yang belum terbenahi dengan langsung turun ke lapangan. “Harapannya semua orang dapat merasakan adanya tanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk pendidikan, dan siap turun tangan langsung untuk membenahi negeri ini”, ucapnya yang juga merupakan mahasiswa aktif di salah satu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unsyiah ketika di wawancarai di sela-sela kegiatannya.

Sehubungan dengan kegiatan ini, sebagai bentuk terimakasih terhadap pemilik nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, pelopor pendidikan Nasional, kelahiran Yogyakarta, 02 Mei 1889 yang namanya diabadikan pada salah satu kapal perang Indonesia, KRI Ki Hadjar Dewantara, Junaidi, Kepala Sekolah SDN Cot Jeumpa memberikan apresiasi penuh terhadap para  mahasiswa yang turut memberikan perhatiannya terhadap semangat juang dari salah seorang tokoh Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara. “Sangat apresiasi buat adik-adik mahasiswa, guru-guru dan yang teristimewa untuk anak-anak saya semua yang merupakan kali pertama kita mengadakan upacara Hardiknas di sekolah ini. Tidak seperti kebiasaannya, upacara pada hari senin yang setiap bulannya kita laksanakan seminggu sekali. Sekarang sudah saatnya kita kembali meneladani semangat juang Ki Hadjar Dewantara yang telah membantu anak bangsa agar berkesempatan untuk mengenyam pendidikan tanpa batas dan pengecualian”, ujarnya saat memberikan kata sambutan dalam upacara yang berlangsung sejak pukul 08.30 WIB hingga 09.45 WIB tersebut. Selain itu, sekitaran 80-an siswa SDN Cot Jeumpa, juga terlihat begitu semangat untuk mengikuti setiap agenda kegiatan tersebut. Mereka telah menyediakan persiapan untuk tidak pulang hingga kegiatan selesai, seperti membawa perlengkapan sholat, bekal siang dan segala keperluan lainnya.

Adapun agenda yang turut dimeriahkan oleh siswa/i kelas I hingga kelas VI tersebut, yaitu mengikuti upacara peringatan, menyampaikan impiannya di kelas cita-cita, aktif melakukan simulasi di kelas peduli lingkungan, mempraktekkan cara sikat gigi yang benar di kelas kesehatan, mengikuti lomba menggambar hingga berbagi surat motivasi pada penutupan kegiatan seusai pengumuman perlombaan pada pukul 17.30 WIB. “Kami senang dengan kehadiran kakak-kakak dan abang-abang disini. Seperti yang dikatakan oleh bapak kepala tadi. Ini adalah kali pertama kami memperingati hardiknas di SD Cot Jeumpa atas kehadiran kakak dan abang relawan semua. Harapannya kedepan kami terus diberikan semangat pendidikan yang memotivasi untuk terus giat menjalani pendidikan walaupun kondisi kami dipedalaman”, Ucap Nurul Fadhilah, Siswi kelas 5 SD ketika dijumpai saat perjalanan sholat bersama ke tempat pengajian yang berjarak kurang lebih 2 KM dari sekolah.

Tidak hanya itu, kegiatan yang berlangsung sejak 02 Mei hingga 03 Mei 2015 tersebut juga mendapatkan sambutan baik dan antusias penuh dari warga setempat. Disamping mendampingi anak-anaknya, beberapa dari warga juga turut hadir untuk nonton bareng film pendek, “Denias (Senandung dibalik awan)” yang diputar pada pukul 20.30 hingga pukul 22.00 WIB dengan menggunakan infokus di halaman sekolah dan duduk bersama dengan ber-alaskan koran.

Sebelum keberangkatan pulang, 50-an relawan yang bergabung dari berbagai Universitas yang ada di Aceh, diantaranya Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, dan Universitas Malikussaleh tersebut, mengadakan gotong royong bersama menyapu setiap kelas, membersihkan halaman sekolah yang masih bersampahkan koran pasca kegiatan api unggun malam relawan dan membereskan bunga ditaman, Minggu, 03 Mei 2015. Setelah selesai kegiatan berbagi tersebut,  hingga pukul 10.00 WIB, relawan yang umumnya berlatarbelakang mahasiswa tersebut, melanjutkan travelling wisata di daerah Jantang, Lhoong, Aceh Besar hingga pukul 15.00 WIB.

Hingga perjalanan pulang dengan menggunakan 3 kenderaan beroda empat dan beberapa sepeda motor yang menghantarkan semua relawan berkumpul kembali di PKA pada pukul 17.00 WIB tersebut, jaringan dan koneksi Handphone sebagai alat komunikasi baru dapat difungsikan, berhubung daerah tujuan yang berlangsung selama 3 hari 2 malam tersebut sulit mendapatkan jaringan.
By Riyanti Herlita

Senin, 27 April 2015

Dari Amerika Untuk Anak - Anak Gunung Kulu

0 komentar

Salam adik- adik, 

Ini Kak Fairuz. Perempuan kelahiran Banda Aceh 4 Maret 1989. Sekarang usia kakak 26 tahun. Kakak tinggal di kampung pineung, dekat Ulee Kareng, di Banda Aceh. Kakak dulu sekolah di Banda Aceh sampai tamat kuliah di Unsyiah. Sekarang kakak sedang lanjut sekolah lagi di Amerika.

Kenapa kakak jauh- jauh ke Amerika untuk sekolah? Ya, Amerika itu jauh sekali. Harus naik pesawat selama paling cepat 22 jam. Ya, hampir 1 hari di udara dan tidak menyentuh bumi. Kakak jauh ke sini karena sedang belajar satu ilmu yang sangat kakak sukai, yaitu ilmu kesehatan jiwa masyarakat. Di sini sudah sangat maju ilmunya, maka kakak berusaha keras belajar Bahasa inggris dan melewati tes nya supaya bisa diterima di sini.

Susah ya kak ke Amerika? Lumayan susah. Tapi kakak sudah tahu bahwa kakak ingin ke sini sejak kakak masih SMP, mungkin seusia adik- adik. Kakak persiapkan nilai sejak sekolah dan kuliah, dan terus melatih kemampuan Bahasa inggris. Dulu pada saat kelas 3 SMP, kakak pernah menulis mimpi di kertas bahwa kakak ingin kuliah di Amerika. Saat itu kakak sekitar usia 15 tahun. Alhamdulillah 10 tahun kemudian saat usia kakak 25 tahun, kakak bisa berangkat ke sini. Kakak pernah beberapa kali gagal untuk dapat beasiswa dan ditolak kampus lainnya, tapi kakak tidak berhenti.

Lalu kenapa kak, harus terus belajar? Memang ada uangnya? Ya, kakak rasa uangnya tidak begitu banyak. Tapi kakak mendapatkan rasa senang, karena bisa berbagi ilmu. Bisa percaya diri. Bisa berkenalan dengan banyak orang. Bisa bersalaman dengan orang hebat tanpa harus minder. Bisa bicara dan bertemu dengan orang dari Negara lain. Bisa jalan- jalan. Tapi yang paling utama, bisa menolong orang banyak. Kakak berharap ketika lulus kuliah nanti, semakin banyak orang yang bisa kakak tolong dengan ilmu kakak. Supaya jadi orang bermanfaat.

Tapi orang kan suka ditolong dengan uang, kak? Ya, tapi uang sebanyak apapun akan habis. Uang bisa hilang. Bisa dicuri. Ilmu tidak akan musnah. Dicuri pun akan semakin berkembang. Semakin memberi kemudahan pada banyak orang. Seperti sekarang kakak menulis ini dan mengirimkan melalui facebook. Bisa langsung sampai ke hadapan adik- adik. Jika tidak ada ilmu orang membuat facebook, maka pesan ini masih akan sampai 1 bulan lagi dengan surat pos. Hebat kan, ilmu itu?

Ilmu apa yang paling bagus, kak? Semua ilmu yang bisa memberi manfaat orang banyak itu bagus. Lebih bagus lagi kalau kita suka ilmu tersebut. Jadi, jangan malas sekolah dan dengarkan nasehat orangtua dan guru ya. Tidak boleh menyerah dengan cita- cita. Karena sebaik- baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Semangat terus ya adik- adik. Seimbangkan ilmu dengan akhlak, InsyaAllah akan sukses. 

Selamat Hari Pendidikan Nasional, salam dari ureung Aceh di rantau Amerika.

Kamis, 06 November 2014

Aku Harus Turun Tangan

0 komentar
Aku Harus Turun Tangan!
Senja itu di kampus perjuangan
Rintik hujan turun menandakan kerinduan
Aku tahu bangsa ini rindu perubahan
Bermacam permasalahan menghantam
Makna kemerdekaan terlupakan
Orang-orang hanya diam sambil meratapi ketidakbenaran
Hanya sekedar lipat tangan melihat permasalahan
Berkicau dan memberi kritikan, itu tak akan memberikan perubahan!
Indonesia..
Kulihat saat ini sedang merindukan
Indonesia..
Negara ini rindu orang-orang yang optimis dalam berjuang
Indonesia..
Rindu akan sentuhan perubahan
Bukan sekedar kicauan
Bukan pula sekedar kritikan pada pemerintahan
Indonesia merdeka karena perjuangan
Bukan merdeka karena pemberian
Kini, sudah saatnya kerinduan akan perubahan disalurkan
Jangan cuma sekedar urun tangan
Apalagi turun tangan
Kita harus turun tangan tuk membuat perubahan
Harus turun tangan untuk memperbaiki keadaan!
Hujan reda, dan aku memutuskan untuk turun tangan!

Relawan Turun Tangan!